This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

HIKAYAT REMAJA YANG MENJUAL DIRI

HIKAYAT REMAJA YANG MENJUAL DIRI

Abdul Wahid dawuh: Ketika aku sedang duduk dan persiapan akan berangkat perang hari senin, tiba-tiba ada salah satu teman yang membaca ayat Al-Qur’an:
إن الله اشترى من المؤمنين انفسهم واموالهم بأن لهم الجنة
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT mau membeli badan dan harta orang mukmin dibeli dengan surga”
Di waktu ayat Al-Qur’an dibaca, disitu ada seorang remaja yang berumur 15 tahun ditinggal mati ayah dan ibunya. Remaja tadi menerima warisan harta benda yang sangat banyak. Setelah remaja tadi mendengar ayat Al-Qur’an dibaca, lalu remaja tadi bertanya kepada bapak Abdul Wahid. Apa benar Allah SWT membeli harta bendanya orang mukmin dibeli dengan surga? Abdul Wahid mejawab benar wahai remaja. Kalau begitu panjenengan saksikan bahwa badan dan harta benda saya, saya jual kepada Allah SWT.
Abdul Wahid menjawab “tajamnya pedang itu berat”, sedangkan kamu masih kecil. Aku khawatir kalau kamu tidak sabar dan tidak kuat menjual badan untuk ikut perang. Akan tetapi remaja tadi tetap ngotot untuk menjual badan dan harta bendanya, sehingga Abdul Wahid kwalahan memperingatkannya. Lalu Abdul Wahid berkata: ini remaja berani berkorban jiwa dan hartanya dan kenapa aku kog tidak berani!
Remaja tadi lalu mengorbankan semua harta bendanya untuk shodaqoh dan meninggalkan sedikit utnuk membeli kuda, alat-alat perang dan sangu. Ketika sudah datangnya hari berangkat perang, si remaja tadi kelihatan paling dahulu dalam barisan perang dan ketika mau berangkat memberi ucapan salam lalu dijawab oleh Abdul Wahid dengan disambung ucapan: semoga untung perjalanan kita. Selama dalam perjalanan si remaja tadi kalau siang puasa dan kalau waktu malam mujahadah, dan selalu membantu Abdul Wahid untuk menjaga keamanan dan memelihara kuda hingga sampai datang negeri Ruum.
Ketika di suatu hari dalam perjalanan, si remaja tadi berteriak dengan ucapan: Aduh.. aku rindu sekali kepada bidadari yang diridhoi. Mendengar teriakan si remaja tadi Abdul Wahid bertanya kepada si remaja: siapa yang kau maksud itu..? si remaja menjawab: saya tertidur sebentar bermimpi ada orang datang dengan berkata begini: “datangilah bidadari itu”, saya terus mendatangi sebuah pertamanan yang ada sungainya yang bening sekali airnya, dan di pinggir sungai itu ada gadis-gadis cantik dengan berpakaian yang belum pernah aku lihat. Ketika saya datang mereka sama gembira dan menyambut dengan ucapan: “ini suami bidadari yang diridhoi”, lalu saya memberi salam dan bertanya, apa mardhiyah disini.? Para gadis-gadis tadi menjawab: tidak.. saya ini hanya pelayannya penjenengan terus saja.
Saya lalu berjalan terus hingga sampai di sebuah bengawan yang berisi susu dan disekitarnya juga ada gadis-gadis cantik. Ketika mereka tahu saya datang, mereka menyambut dengan gembira. Kemudian saya menanyakan dalam hati, apakah ini yang disebut Mardhiyah..? lalu gadis-gadis tadi sama berkata: demi Allah inilah suami mardhiyah datang. Saya uluk salam dan bertanya: apakah mardhiyah disini..? mereka menjawab wahai kekasih Allah, saya ini hanya pelayannya, panjenengan terus saja. Saya lalu berjalan terus, sampai datang di bengawan khomer yang tepinya penuh dengan gadis-gadis cantik hingga membuat saya lupa dengan penciptanya. Kemudian saya memberi salam dan bertanya: apakah yang bernama mardhiyah ada disini? Mereka menjawab: tidak ada, kita-kita ini hanyalah pelayannya saja, panjenengan terus saja. Saya terus berjalan lagi hingga sampai di bengawan madu dalam pertamanan yang indah permai dengan dipenuhi oleh gadis-gadis cantik, lalu saya bertanya: apakah si mardhiyah ada disini, mereka juga menjawab kita-kita ini hanyalah pelayannya saja, teruslah wahai kekasih Rohman. Saya terus berjalan hingga sampai di perkemahan yang terbuat dari mutiara dan sekitarnya ada gadis-gadis yang berpakaian dengan pakaian yang belum pernah saya lihat di dunia ini.
Mereka ketika melihat saya datang, sama bergembira dengan merayu: wahai mardhiyah inilah suamimu datang. Saya masuk ke dalam perkemahan dan mardhiyah sudah duduk di atas ranjang emas yang dihiasi dengan intan berlian dan ketika saya melihat tidak tahan.
Mardhiyah berkata: berbahagialah kamu wahai kekasih Rohman, sebentar lagi kita ketemu. Saya lalu mendekati, mau saya rangkul tetapi mardhiyah berkata: sabar dulu mas… belum waktunya kamu memeluk aku, karena kamu masih hidup insyaallah nanti malam kita ketemu. Lalu saya bangun, saya tidak tahan pak Abdul Wahid, maka saya lalu berteriak.
Belum sampai cukup remaja tadi bercerita, kemudian ada musuh datang. Abdul Wahid dan remaja langsung terjun ke medan perang. Remaja tadi ngamuk hingga bisa membunuh lawan sampai sembilan orang. Ketika membunuh lawan yang ke sepuluh, remaja tadi sudah berlumuran darah sambil tertawa sambil meninggal dunia.
Dari hikayat cerita remaja tersebut, walau usianya masih relatif muda, si remaja telah berani menjual jiwa raga dan harta bendanya hanya untuk surga. Padahal di dalam perjuangan wahidiyah kita jual jiwa raga dan harta benda hanya kepada yang punya surga (Allah SWT). Hal ini merupakan tingkat ikhlas yang paling tinggi seperti yang sudah dijelaskan di dalam buku kuliah wahidiyah.